Lima Pesan Menag untuk Petugas Jelang Armina dan Pemulangan Jemaah

By Admin

nusakini.com-- Hari pertama di Makkah, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin langsung menggelar rapat koordinasi dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Hadir jiga dalam kesempatan ini, 11 anggota amirul hajj dan Dubes RI untuk Saudi Agus Maftuh. 

Agenda utama rapat adalah membahas persiapan menyongsong puncak haji, wukuf di Arafah, lalu Muzdalifah dan Mina yang biasa disebut fase Armina. Rapat diawali dengan presentasi Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul DJamil terkait progres penyelenggaraan haji sampai hari ini. Menurut Abdul Djamil, secara umum progres penyelenggaraan berjalan sesuai dengan rencana. Ada sedikit masalah yang terjadi, antara lain beberapa kasus katering basi, jemaah ditahan di embarkasi Saudi, jemaah dideportasi, dan jemaah tidak ambil miqat di Bir Ali, namun semuanya bisa diselesaikan dengan baik. 

"Selaku Amirul haj, saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh petugas haji sampai hari ini beberapa hal sudah berjalan sebagaimana direncanakan," terang Menag di hadapan para petugas, Senin (5/9). 

Meski demikian, menghadapi proses Armina dan persiapan kepulangan, Menag mengingatkan para petugas haji agar memperhatikan lima hal berikut: 

Pertama, mobilisasi jemaah haji Indonesia dari hotel di Makkah menuju Arafah adalah sebuah tantangan. Menurutnya, saat ini semua jemaah sudah berada di Makkah, tinggal beberapa kloter yang akan tiba besok. "Konsentrasi pertama yang harus dicermati adalah bagaimana mobilisasi jemaah dari hotel menuju arafah. Setiap sektor dan maktab harus diinformasikan secara tepat jam berapa jemaah akan meninggalkan hotel," pesan Menag. 

"Intinya, jangan buat jemaah terlalu lama menunggu dan jangan juga membuat mereka tergesa-gesa saat akan berangkat. Ini agar jadi catatan kita, agar jamaah haji tahu persis kapan berangkat," tambahnya. 

Kedua, terkait Armina, Menag mengingatkan empat hal, yaitu: tenda, listrik, katering, dan air. Menag minta para petugas memastikan setiap tenda jemaah terpasang dengan baik dan kokoh sehingga tidak mudah roboh. 

"Antisipasi gangguan listrik, khususnya pos kesehatan kita, karena peralatannya mengandalkan pasokan listrik. Dapur katering di maktab perlu di kontrol agar tidak terlambat. Pasokan air minum sangat diperlukan karena di Arafah diprediksikan sangat panas," katanya. 

Ketiga, saat pergerakan jemaah dari Arafah ke Muzdalifah, petugas agar bisa mengorganisasi armada bus dengan baik sehingga jamaah tidak terlalu lama menunggu di Muzdalifah. 

Keempat, soal Mina, Menag minta para petugas untuk mensosialisasikan jadwal dan rute lontar jumrah secara massif agar dipahami seluruh jemaah haji. Selain itu, para ketua regu dan ketua rombongan diimbau untuk tidak tergesa-gesa dan memaksakan diri untuk bersegera menyelesaikan ibadahnya (tawaf ifadlah). 

Kelima, saat kepulangan kloter awal, menurut Menag ada beberap hal yang perlu diantisipasi, yaitu: maslah kelebihan berat (overweight) koper bagasi jamaah dan air zamzam. Beban maksimal koper jemaah adalah 32 kg. setiap jemaah akan mendapatkan air zamzam sebanyak 5 liter yang akan dibagikan saat tiba di Tanah Air. Karenanya, jemaah tidak diperkenankan membawa air zamzam dalam koper karena itu membahayakan penerbangan. 

"Pemeriksaan bagasi harus sudah dilakukan sejak dari hotel untuk mempercepat proses check in. Kalau sudah sampai di bandara tidak perlu lagi dibuka. Ini penting untuk mengantisipasi keterlambatan kloter awal," tandasnya. (p/ab)